Makalah Analisis Marjin Tataniaga Bawang Merah

Makalah Analisis Marjin Tataniaga Bawang Merah

ANALISIS MARJIN TATANIAGA BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum l)
(Kasus di Desa Karangwangun Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan (Soekartawi, 1995).

Pihak Kementerian Pertanian, menegaskan produksi bawang merah tahun ini akan surplus banyak. Dari proyeksi dan realisasi produksi yang sudah berjalan, produksi tahun ini diperkirakan 1,1 juta ton, dan konsumsi hanya 950.000 ton. Hal ini disampaikan Dirjen Hortikultura Kementan Spudnik Sujono Kamino saat kunjungan kerja para angggota DPR RI Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (16/6/2015). Ia mengatakan saat ini sebagian besar sentra produksi bawang merah sedang panen. Puncak panen bawang merah terjadi pada Juli termasuk di Brebes yang menyumbang 50% pasokan nasional. Sujono mengatakan daerah lain seperti Bima Nusa Tenggara Barat juga sedang panen. 

Pasokan bawang merah memang didominasi dari Jawa dan Bima. “Sebetulnya supply di Jawa aman. Per tahun kita produksi bawang 1.100.000 ton aman, kebutuhan hanya 950.000 ton, itu surplus sebetulnya,” katanya. Misalnya pada Juni, konsumsi diperkirakan mencapai 90.000 ton, sedangkan panen bawang merah sebanyak 140.000 ton artinya bulan ini surplus banyak. Ia juga mengatakan dengan produksi yang cukup maka seharusnya harga bawang merah stabil namun bila masih ada kenaikan harga maka akan langsung dilakukan operasi pasar (OP) oleh Perum Bulog. “Pak Salam, manajer Pasar Induk, laporkan ke kami sejak tanggal 9 Juni harga-harga cenderung stabil. Kemarin kan terasa manfaat OP, bawang lokal kita bawa langsung dari Brebes, belum ada seminggu, ibu rumah tangga suka karena lebih fresh,” katanya Berdasarkan data Kementan, 2015 realisasi dan sasaran produksi bawang merah, Kementan mencatat produksi bawang merah lokal berturut-turut dari Januari-Mei 2015 yaitu 116.336 ton, 83.056 ton, 65.278 ton, 94.152 ton, dan 86.914 ton. 

Kebutuhan bawang merah untuk periode yang sama berturut-turut dari Januari-Mei 2015 yaitu 79.474 ton, 76.242 ton, 76.974 ton, 76.856 ton, dan 76.959 ton. Artinya bila dibandingkan antara produksi dan kebutuhan, rata-rata dalam 5 bulan pertama 2015 terjadi surplus selama 4 bulan. Defisit produksi hanya terjadi di bulan Maret 2015. Pada Januari terjadi surplus bawang merah 36.862 ton, Februari surplus 6.814 ton, Maret terjadi defisit 11.696 ton, April surplus 17.296 ton, dan Mei surplus 9.955 ton.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah saluran tataniaga bawang merah di desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon ?
  2. Berapakah besarnya marjin tataniaga di Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon ?
  3. Bagaimanakah tingkat efisiensi pada saluran tataniaga komoditas bawang merah di Desa Karangwangun Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
  1. Mengetahui saluran tataniaga bawang merah di Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon.
  2. Mengetahui besarnya marjin tataniaga bawang merah di Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon.
  3. Mengetahui efisiensi pada saluran tataniaga komoditas bawang merah di Desa Karangwangun Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terutama bagi petani dan lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan pemasaran komoditas bawang merah terutama di Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan pembelajaran bagi perkembangan kelembagaan pemasaran bawang merah di Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon. Penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan dan penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan analisis tataniaga bawang merah.

II.    TINJAUAN PUSTAKA 

2.1 Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang merupakan anggota Allium yang paling banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi selain bawang putih dan bawang bombay. Tanaman bawang merah banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah yang memiliki iklim kering dan suhu yang cukup tinggi. Jika dilihat secara ilmiah, kedudukan bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta.
Sub division : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledonae.
Ordo : Lilialaes (Liliflorae).
Famili : Liliales Genus.
Spesies : Allium ascalonicum l.
Menurut Rahayu (1998), bawang merah tergolong tanaman semusim atau setahun yang berbentuk rumpun dengan akar serabut. Tanaman bawang merah memiliki batang yang sangat pendek, sehingga hampir tidak tampak dengan daun yang memanjang dan berbentuk silindris. Pangkal daunnya akan berubah bentuk dan fungsinya hingga membentuk umbi lapis. Umbi tersebut kemudian membentuk tunas baru yang kemudian tumbuh membesar dan setelah dewasa akan membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhan tersebut maka dari satu umbi dapat membentuk satu rumpun tanaman yang berasal dari hasil peranakan umbi.

2.2 Syarat Tumbuh dalam Budidaya

Bawang Merah Menurut Rukmana (1994), dalam budidaya bawang merah terdapat beberapa syarat dan perlakuan agar tanaman bawang merah dapat berproduksi dengan baik, yaitu :
1. Iklim
Bawang merah akan berproduksi dengan sangat baik jika ditanam di daerah yang berikilim kering dengan suhu yang cenderung panas dan cuaca cerah. Tanaman bawang merah memiliki akar yang pendek, sehingga walaupun ditanam di daerah yang beriklim kering, tanaman ini harus diberikan pengairan yang baik. Musim yang sangat tepat untuk menanam bawang merah adalah pada akhir musim hujan atau pada awal musim kemarau.
2. Suhu dan Ketinggian Tempat
Tanaman bawang merah sangat baik diusahakan di tempat yang memiliki ketinggian kurang dari 30 meter di atas permukaan laut atau di dataran rendah dengan suhu rata-rata berkisar antara 25 - 32o C. Pada suhu di bawah 22o C, tanaman bawang merah akan mengalami kesulitan untuk berumbi, sehingga tingkat produktivitasnya akan sangat rendah.
3. Tanah
Bawang merah dapat ditanam di sawah setelah panen padi atau dapat juga ditanam di tanah darat seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Tanah yang sangat baik untuk pertumbuhan bawang merah adalah tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organis atau humus. Selain itu, dibutuhkan tanah yang memiliki aerasi yang baik dan tidak becek. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi, sehingga umbi yang dihasilkan akan berukuran lebih besar.

2.3 Perlakuan Pasca Panen 

Penanganan panen dan pasca panen merupakan satu rangkaian dengan kegiatan budidaya tanaman. Kegiatan ini juga perlu mendapat perhatian khusus dan hati-hati agar hasil yang akan dipasarkan mempunyai kualitas baik dan bernilai ekonomis tinggi. Penanganan pasca panen yang dapat dilakukan untuk menghindari kerusakan bawang merah setelah panen meliputi pembersihan, pengeringan, sotrasi dan grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan.
1. Pembersihan Umbi
Bawang merah yang baru dipanen keadaannya masih sangat kotor, karena banyak tanah yang melekat pada umbi. Pembersihan umbi dapat dilakukan bersamaan dengan proses pengikatan daun dari beberapa rumpun tanaman. Setelah pengikatan selesai, pembersihan umbi dapat dilakukan dengan menggerak-gerakkan ikatan bawang merah tersebut dibantu juga dengan tangan sehingga tanah yang menempel berjatuhan. Setelah bawang merah bersih, ikatan dapat diletakkan di tempat penjemuran.
2. Pengeringan Proses
pengeringan bawang merah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penjemuran, pengasapan dan pengeringan mekanis. Penjemuran bawang merah umumnya dilakukan di lahan-lahan bekas penanaman. Areal yang dibutuhkan untuk penanaman sekitar 50 hingga 60 persen dari luas area penanaman. Saat penjemuran berlangsung, bagian umbi bawang merah  tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung untuk menghindari terjadinya sengatan luka bakar pada umbi. Pada saat penjemuran, umbi diletakkan di bagian bawah dengan daun di bagian atas.
Cara pengasapan dilakukan apabila kondisi cuaca sedang buruk dan tidak mungkin dilakukan penjemuran. Pengasapan dilakukan di tempat khusus dengan membuat tungku-tungku berbahan bakar kayu atau sekam. Untuk mengatur suhu, tempat pengasapan dilengkapi dengan jendela yang dapat dibuka dan thermometer sebagai pengatur suhu. Agar bawang merah kering secara merata, perlu dilakukan pembalikan atau pertukaran tempat. Bila panas ruangan dipertahankan secara normal, dalam 12 jam umbi sudah cukup kering. Umbi bawang merah dapat juga dikeringkan dengan menggunakan pengering mekanis. Prinsip kerja alat tersebut yaitu dengan menggunakan sumber pemanas kompor. Pipa-pipa pemanas dipanaskan dengan kompor hingga udara di dalam pipa ikut memanas. Kemudian udara tersebut dialirkan ke dalam ruangan pengering yang berisi rak-rak penyimpanan bawang dengan menggunakan blower atau kipas angin. Selama berada di dalam bilik pengeringan, air yang terkandung di dalam umbi akan menguap, hingga umbi akan mengering.
3. Sortasi dan Grading
Kegiatan sortasi dan grading dilakukan untuk memisahkan umbi bawang merah yang baik dengan yang cacat, busuk, terkena hama penyakit atau kerusakan lainnya. Ukuran yang dijadikan acuan biasanya adalah keseragaman, umur umbi, tingkat kekeringan, penyakit, bentuk umbi dan ukuran besar kecilnya umbi.
4. Penyimpanan Dalam
Kegiatan penyimpanan bawang, diperlukan ruangan khusus berupa gudang penyimpanan yang bersuhu sekitar 250 hingga 30o celcious dengan tingkat kelembapan 60 hingga 70 persen dan memiliki ventilasi yang baik. Bila bawang merah disimpan di ruangan dengan tingkat kelembapan tinggi, bawang merah akan mudah terserang penyakit, terutama oleh jamur. Untuk mempermudah dalam kegiatan pengangkutan, bawang merah sebaiknya dimasukkan dalam kemasan karung yang anyamannya jarang, sehingga udara dapat masuk.
5. Pengangkutan Pengangkutan
Bawang merah dilakukan ke beberapa tempat seperti gudang, pasar, supermarket atau ekspor. Agar bawang merah tidak rusak selama proses pengangkutan berlangsung, diperlukan kendaraan yang dapat memberikan tempat yang luas dan aman selama perjalanan. Agar kualitas bawang merah terjamin, hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap umbi, seperti benturan fisik, kontaminasi kotoran, ataupun terkena air hujan.

2.4 Tataniaga

Istilah Tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Disebut tataniaga karena niaga berarti dagang, sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang menyangkut “ aturan permainan “ dalam hal perdagangan barang-barang. Karena perdagangan itu biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga juga disebut pemasaran (terjemahan dari perkataan marketing) (Mubyarto,1989).
Pasar pada awalnya mengacu pada suatu geografis tempat transaksi berlangsung. Pada perkembangan selanjutnya mungkin definisi ini sudah tidak sesuai lagi, terutama dengan berkembangnya teknologi informasi yang memungkinkan transaksi dapat dilakukan tanpa melalui kontak langsung antara penjual dengan pembeli. Dengan demikian pasar dapat didefinisikan sebagai tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan atau keinginan dengan menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa dimana terjadi pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli (Sudiyono, 2004).
Sebagai proses produksi yang komersial maka tataniaga pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian yang memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai dengan perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan gunabentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004).

III. KESIMPULAN DAN SARAN 

3.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pembahasan bahwa di Desa Karangwangun Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon terdapat tiga saluran tataniaga bawang merah yaitu :
a. Petani – Konsumen
b. Petani – Pedagang Pengumpul – Pedanga Pengecer – Konsumen
c. Petani – Pedagang Besar – Pedanga Pengecer – Konsumen
2. Berdasarkan tiga saluran yang ada maka marjin yang diperoleh saluran  1 Rp. 0 dan farmer’s share 100% Saluran pemasaran 2 sebesar Rp. 2.700,- dan farmer’s share 87,5%. Pada saluran 3 marjin yang diperoleh sebesar Rp.3.300,- dan farmer’s share 85,5%.
3. Berdasarkan nilai marjin dan farmer’s share maka ketiga saluran tersebut dikatakan efisien karena mempunyai persentase > 50%..

3.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan analisis marjin dan saluran tataniaga bawang merah di Desa Karangwangun Kecamatan Babakan menimbulkan saran sebagai berikut;
1. Meningkatkan efisiensi budidaya, pupuk ,dan pestisida.
2. Perlu ditingkatkan ketreampiln petani dalam pengetahuan budidaya agar produksi meningkat, dalam meningkatkan pendapatan.
3. Perlu adanya lembaa keuangan yang dapat memberikan modal baik kepada petani maupun pedangang, sehingga mampu menyerap produksi petani.